Menghargai Hati Sang Ibu
Entah
apa yang kurasakan saat terlahirkan dibumi ini, kata mereka aku menangis. Tapi apa
maksud dari tangisanku? Apakah aku menangis karena sedih telah dilahirkan? Apakah
aku menangis karena terharu telah dilahirkan? Atau apa? Kalau saja saat itu aku
menangis karena besarnya pengorbanan ibuku, begitu sakitnya ia ketika
melahirkanku, rela mengorbankan hidupnya hanya untuk menghadirkanku ke dunia
yang fana ini.
Tak
hanya sampai situ saja perjuangan sang ibu. Kala aku dibesarkan, aku disuapkan
makanan dan dimandikan tetapi tetap menangis sepanjang malam. Diajarkan bermain,
ketika dipanggil aku tertawa sambil berlari. Disediakan makanan, kutumpahkan
makanan itu kelantai. Diajarkan menulis, kucoretkan kedinding. Diberikan pakaian
bersih, bermain hingga baju itu kucel sekali. Diantarkan kesekolah, langsung
berlari masuk kelas tanpa berkata. Disuruh mengerjakan PR sekolah, pergi
menonton televisi. Lulus dari sekolah menengah ibuku teramat senang menangis
terharu, tetapi ia aku tinggalkan dan merayakannya bersama teman. Memasuki dunia
perkuliahan, pulang hanya untuk istirahat saja dirumah.
Apakah
yang harus kuperbuat untuk melakukan balas jasa seorang ibu? Ibu tidak pernah
mengeluh bahkan melakukan semuanya dengan ikhlas dan tak pernah bosan untuk
membimbingku. Ibu tetap tersenyum meskipun pekerjaan yang dilakukannya
membutuhkan daya tahan yang begitu lama. Ibu selalu menyediakan waktunya untuk
bersama keluarga. Tapi aku? Apa yang harus kuperbuat? Tiada kata-kata dan
perbuatan yang dapat menandingi bahkan membalas semua kebaikan yang telah ibu
berikan kepadaku sampai saat ini. Entah bagaimana aku harus membalas semua
kebaikan dan jasa yang ibu berikan. Rasa dan ucapan terima kasih pun tidak akan
pernah cukup untuk membalas semua pengorbanan yang telah ibu lakukan.
Tetapi
saat ini aku harus berusaha membuat ibu tersenyum. Aku harus bisa menghargai
hati ibuku. Ketika aku pulang, ibu selalu menyisakan makanan untukku. Walaupun aku
dalam kondisi sudah makan, aku harus menghargai apa yang telah ia sediakan
setidaknya dengan menyicipi sedikit. Aku tahu ibuku selalu khawatir ketika
pulang larut malam, setidaknya mulai saat ini aku harus ingat untuk memberikan
kabar kepadanya. Ketika aku sedang dirumah ibu memintaku untuk mengantarkannya
kepasar, aku harus siap sedia untuk mengantarkannya. Mulai saat ini aku harus
memikirkan bagaimana caranya menghargai hati ibuku, memahaminya walau hanya
membuatnya tersenyum sesaat. Sebab hanya cara itu yang dapat membuat letihnya
seorang ibu hilang. Tersenyum karena sang anak. Tak lupa panjatkan doa terbaik
untuk sang ibu.
Kebaikan yang dilakukan untuk ibu seberapa besarnya itu
tidak akan dapat membalas pengorbanan yang telah ia berikan. Ada kisah, Suatu
hari, Ibnu Umar melihat seseorang yang sedang menggendong ibunya sambil thawaf
mengelilingi Ka’bah. Orang tersebut lantas berkata kepadanya, “Wahai Ibnu Umar,
menurut pendapatmu apakah aku sudah membalas kebaikan ibuku?” kemudian Ibnu
Umar menjawab, “Belum, meskipun sekadar satu erangan ibumu ketika melahirkanmu.
Akan tetapi engkau sudah berbuat baik. Allah akan memberikan balasan yang banyak
kepadamu terhadap sedikit amal yang engkau lakukan.” (Kitab al-Kabair karya
adz-Dzahabi). Bahkan menurut HR Thabrani “Berbuat baik kepada kedua orang tua
itu lebih utama daripada shalat, sedekah, puasa, haji, umrah, dan berjihad di
jalan Allah.” Masihkah kita tidak mau menghargai hati sang ibu?
“Ibu dapat memegang dan
menjaga tangan anak – anaknya untuk berada dalam genggamannya hanya sesaat
saja, tetapi ibu dapat menggenggam hati anak – anaknya untuk selama – lamanya.”
“Tidak ada sutera yang
begitu lembut seperti belaian seorang ibu, tidak ada tempat yang paling nyaman
selain pangkuan seorang ibu,”
Oleh : Ramli Jainal M
Lalu, masih adakah harga untuk ibu? Entahlah bila malam tiba hanya tatap asa yang selalu terucap oleh mata untuk panjatkan doa kepadanya. Lebih dari kata menghargai, bila kematian dapat membalasnya kita tak akan bisa membayar hal tersebut walau rintihan tangis kita sebagai balasannya.
BalasHapusErengan tangisan ibu, bukan hanya tangisan semata~ karenanya kadang kita harus berfikir dimana pembalasan untuk ibu walau dalam hatinya hanya sekedar tersenyum dapat membuat bahagia untuknya. (Jaballah)
ibu bangga sama kamu nak
BalasHapuswkwk lu bukan emak gw wei
BalasHapus