Kehidupan di dunia nan fana ini memang teramat menarik, aku bisa sebebas mungkin melangkah ingin kekanan, kekiri, kedepan ataupun kebelakang. Seakan diri ini berkelahi dan bersahabat dengan lingkungan hingga akhirnya menetapkan sebuah pilihan. Tapi dibalik itu semua banyak orang yang turut mendidik diri ini guru - guru, saudara, sahabat, teman, orang yang tak menyukaiku, dan mereka orang terhebat yang aku punya yaitu orang tuaku. Orang tuaku,orang yang paling ikhlas mendidikku. Selalu mendoakan. Kurasa ada secercah harapan dari mereka untuk anak - anaknya agar setidaknya lebih baik dari mereka terutama dalam hal pendidikan. Tidak ingin anak - anaknya seperti mereka yang minim pendidikan. Menginginkan aku untuk beberapa langkah lebih baik dari mereka. Mereka orang yang paling rela berkorban. Selalu menyisihkan materi untuk anaknya menjadikan aku dan adikku yang utama. Aku bahkan tidak bisa sehebat mereka yang terkadang masih mengh
Melihat tak bicara, bicara tak melihat Seperti yang mereka tahu Aku masih seperti dulu Tak bisa ini, tak bisa itu Berbeda, ya berbeda dengan mereka Mereka pandai, mereka cerdas Bisa 'segala - gala'nya Dalam diri tersimpan berjuta rasa Rasa ingin tahu tak terkira Berharap rasa itu tak pernah redup Berharap dari rasa itu aku 'hidup' Sebab rasa itu yang membuatku berkembang Membuatku mengerti akan semua ini Membuatku sedikit berevolusi Membuatku belajar makna kehidupan Karena sosok yang terlihat 'manis' Belum dapat tersimpulkan kalau kita lirik sesaat Memerlukan proses seperti halnya hidup Aku ingin terus berproses Berkembang menjadi yang lebih baik Belajar dan terus belajar Agar dapat memaknai apa yang tak kuketahui Aku ingin kelak hidupku teramat berarti Berbagi kasih senyum menari - nari Tak peduli apa kata orang nanti #PictFromGoogle #KaryaTakBerima Depok, 12 Juli 2014
Kadang aku berpikir siapakah aku? Memang sebuah jawaban pasti aku adalah makhluk ciptaan Allah, bahkah makhluk paling sempurna diantara makhluk - makhluk ciptaan-Nya. Namun, dalam pikiranku diriku ini adalah sesuatu yang teramat berarti bahkan lebih berarti dari pada senjata paling canggih di dunia ini. Aku melewati perjalanan hidup hingga kini karena diriku yang mau menjalaninya, memilih jalan ketika bertemu pertigaan ataupun kembali berputar arah tentu semua itu juga karena izin-Nya. Aku berpikir bahwa diri ini adalah guru untuk diriku. Aku belajar melalui pendidikan formal atas dasar kemauanku tentu dengan dukungan orang tua. Memang benar hidup adalah sebuah pilihan dan yang memilih adalah diriku. Sekarang aku menganggap diriku adalah guruku, bagaimana aku dapat belajar dari diri sendiri. Pengalaman demi pengalaman terlewati bersiap untuk kembali berpikir lalu berjalan lagi, tak lupa bersyukur dan berdoa untuk semua yang telah terlewati dan akan kutempuh. Diriku ad
Komentar
Posting Komentar