Sarjana Amanah
Hari ini 25
Agustus 2016 aku kedatangan ilmu lewat perantara-Nya. Sekitar pukul 10.00
meluangkan waktu kosong mengajar untuk menuju ke masjid disebelah sekolah.
Melakukan ibadah beberapa menit, hadir seseorang mengajak bersalaman kemudian ia
beribadah. Kemudian, aku bersandar di tiang-tiang masjid menunggu jam mengajar
pukul 11.15. Sedang mengutak-atik hp orang yang tadi menyalamiku menyapa dan
bertanya “kerja mas?” kujawab lalu dia mengenalkan diri, kemudian dia tiba-tiba
bercerita bahwa beliau sedang menganggur dan habis melamar pekerjaan maka dari
itu dia ke masjid untuk berharap kepada-Nya. Umurnya 51 tahun, dahulu ia kerja
di beberapa bank dibidang audit. Dia banyak bercerita tentang masa lalunya,
sekarang ia menganggur dan baru saja selesai berobat karena penyakit jantung. Dan
yang membuatku terenyuh, orang tersebut masih punya beberapa tunggangan maka
dari itu dia mencari pekerjaan lagi walau menurutnya tidak masuk akal dengan
umurnya sekarang karena sebuah perusahaan akan menerima yang lebih muda. Ia pun
bercerita kalau sudah seminggu keluarganya dirumah tidak makan nasi melainkan
indomie, tetapi ia berpesan kepada saya untuk selalu senantiasa bersyukur atas
apa yang Allah berikan. Menurutnya Allah belum memberikan rezeki dalam bentuk
“uang” tetapi rezeki yang paling berharga masih ia terima yaitu diberikan
kehidupan (masih bernafas). “Saya masih diberi nafas jadi tetap bersyukur, saya
juga berdoa juga berusaha. Jangan kita hanya berdoa tetapi tak berusaha dan
sebaliknya”. (Dalam hatiku, semoga orang ini diberikan kemudahan oleh-Nya).
Pembicaraan
kami berlanjut kali ini ia bertanya-tanya perihal kehidupanku, kuceritakan
bahwa aku baru mengajar di smk ini belum ada sebulan dan juga belum mendapatkan
gelar sarjana “masih skripsi”. Adik baru masuk kuliah, dan orang tua kerja
sebagai “tailor”. Kata beliau “Ayah Anda enak ya punya keahlian, itulah
manfaatnya ketika kita punya keahlian tidak akan mati (menganggur). Ayah Anda
juga hebat bisa menyekolahkan anaknya sampai kuliah, pasti orang tua Anda
sangat senang dan pasti meneteskan air mata karena perjuangannya.” Aku begitu
tersentuh karena kuyakin memang faktanya seperti itu. “Jangan lupa terhadap
orang tua, sisihkan penghasilan kita walau hanya beberapa untuk mereka.”,
katanya. (Aku hanya mengangguk-angguk “ya, pak”). “Saya doakan mas nanti segera
lulus” (Aamiin pak kataku). “Tapi setelah sarjana nanti harus jadi sarjana yang
amanah. Jangan kalau sudah sukses nanti, sudah bawa mobil, punya rumah dan
segalanya kita lupa dengan ibadah karena kesibukan dan keberhasilan kita ingat
siapa yang memberikannya. Contohnya lagi dijalan mendengar Adzan, berpikir
ingin solat tetapi ditunggu oleh meeting jadi solatnya dilalaikan jangan sampai
seperti itu, jadilah sarjana yang amanah.” (“Insyaa Allah pak”, kataku). Waktu
sudah menunjukkan jam untuk kembali mengajar aku izin untuk kembali kesekolah
sekaligus kita saling mendoakan dan bersalaman dari perpisahan tersebut. Semoga
orang tersebut lekas sehat dari penyakitnya dan diberikan rezeki oleh Allah swt.
Ilmu hadir dari siapapun dan apapun, bahkan tak disangka-sangka hadir tiba-tiba melalui perantara-Nya satu ilmu yang kugaris bawahi hari ini jadilah “SARJANA AMANAH”
RJM
Depok 25 Agustus 2016
Komentar
Posting Komentar